Sedikit penjelasan mengenai exhibitionism

Exhibitionism

Apa sih itu Exhibitionism??!!

Seseorang akan dikatakan mempunyai kelainan exhibis jika adanya dorongan yang kuat dan berulang-ulang untuk menunjukkan alat genital nya kepada orang lain yang tak dikenal, dengan tujuan agar korban tersebut terkejut, syok, atau terangsang secara seksual. orang tersebut dapat bermasturbasi dirinya sendiri dengan mendapatkan sensasi tersendiri pada saat melihat respon korban tersebut.

Pada dasarnya pelaku exhibis ini adalah mayoritas lelaki, namun penelitian menyatakan bahwa wanita juga melakukan perilaku exhibitionis ini, tetapi dalam bentuk yang berbeda. contohnya, pada saat berganti pakaian di dekat jendela dimana banyak orang yang dapat melihatnya, menggunakan revealing clothing, dll.

Contoh kasus yang terjadi pada wanita yang terjangkit kelainan ini yaitu mempertontonkan alat genitalnya pada saat webcam-an dengan orang yang dikenalnya maupun dengan yang tak dikenal. tujuan utamanya yaitu mendapatkan sensasi tersendiri pada saat melihat respon lelaki yang menontonnya.

Pada umumnya orang yang didiagnosis mengidap ekshibitionis biasanya tidak tertarik pada kontak seksual, walaupun mungkin respon dari si korban ada yang terangsang secara seksual. namun si pelaku lebih cenderung menikmati sensasinya sendiri (masturbasi). jika si pelaku sudah mengalami masturbasi, sering kali mereka tidak sadar akan apa yang terjadi di sekitarnya (seolah-olah yang terjadi adalah mimpi).

Saran yang baik untuk korban adalah untuk tidak menunjukkan reaksi apapun pada orang yang mengekspos dirinya dan tetap bersikap biasa saja. jika memungkinkan juga dianjurkan untuk tidak menunjukkan reaksi terkejut atau takut yang berlebihan, dengan begitu si pelaku akan merasa malu dan merasa usaha untuk memuaskan hasratnya tidak berhasil.

Case

Seorang lelaki berumur 26 tahun, telah menikah namun kebiasaan mengekspos dirinya belum bisa dihilangkan. lelaki ini sadar akan perbuatan yang dia lakukan tersebut, dia cenderung mengekspos dirinya ke remaja wanita yang muda dengan cara menunjukkan alat kelaminnya, dengan begitu dia merasa menjadi lelaki sejati. dia akan lebih menikmati masturbasi nya secara teratur apabila korban bereaksi kaget, takut, dan segala reaksi negatif lainnya.

Latar belakang kasus

Pada masa kecilnya, lelaki tersebut ternyata tidaklah menyenangkan. ayahnya meninggalkan rumah sebelum dia lahir dan ibunya menjadi pemabuk berat. pada masa kanak-kanaknya dia keluar masuk panti asuhan. sebelum dia berusia 10 tahun, dia telah terlibat aktivitas seksual bersama tetangganya, anak laki-laki dan perempuan. dia baru menyadari bahwa ada kepuasan tersendiri pada saat menunjukkan alat kelaminnya kepada si anak perempuan yang terlihat ketakutan pada saat dia menunjukkannya. seorang ekshibisionis bisa didasarkan dari trauma masa lalu yang bisa mengarahkan hidup nya menjadi orang yang terjangkit kelainan seksual.

Ciri-ciri

1. Sebelum beraksi, dia akan merasa gelisah dan tegang
2. Perasaannya akan terasa lega begitu berhasil memamerkan alat genitalnya kepada korban nya.
3. Pada saat melakukan aksinya, seolah-olah pelaku tersebut bermimpi tidak mengetahui keadaan sekitarnya, padahal sebenarnya dia dalam keadaan sadar melakukan perbuatannya tersebut.
4. Setelah itu baru muncul perasaan menyesal dan takut ditangkap oleh pihak yang berwenang.
5. Namun perasaan yang tadinya dirasakan, tidak cukup kuat untuk mencegahnya berbuat lagi pada kesempatan lainnya.

SPESIFIKNYA : dalam banyak kasus ekshibis, ternyata memiliki tingkatan tersendiri, mulai dari yang mild sampai yang severe. dari yang hanya berfantasi mengekspos alat kelaminnya, melakukan tindakan ekshibis sekali-kali, sampai yang sering bahkan sangat sulit untukmengontrol dorongan tersebut.

Sudut pandang Psikologi

Para peniliti menyatakan ekshibisionis memiliki pendekatan yang tidak dewasa terhadap seks, selain itu menginginkan kebutuhan yang besar untuk diperhatikan. ekshibisionisme ini memilik impuls kontrol yang tidak bisa diduga-duga, apalagi pada saat si penderita menyadari dirinya telah melakukan tindakan ekshibisionis. pada umumnya eksitasi dari khalayak tempat penderita memamerkan alat kelaminnya justru menjadi faktor penguat bagi berulangnya perilaku ekshibis ini. mereka yang mengalami kelainan ini bisa karena faktor trauma di masa kecil atau pernah mengalami maltreatment (penganiayaan) dalam hal sexual (sexual maltreatment) dan neglect (tidak adanya atau gagalnya pemenuhan kebutuhan dasar anak: kasih sayang, perlindungan,dll)